“Kalau berteman jangan milih-milih.” adalah salah satu nasehat yang membuat saya bingung. Kalau kita tidak boleh memilih teman ~maka logikanya: kita harus berteman dengan siapapun. Termasuk dengan orang jahat?
Eh?
Saya juga pernah dinasehati: “Bebaskan pikiranmu; beri ruang untuk gagasan-gagasan. Lebih banyak pilihan, lebih mudah buatmu untuk memutuskan.” Kenyataannya; banyaknya pilihan dalam hidup malah bikin saya semakin bingung.
Kaum hawa yang berkunjung ke mall kemudian keluar masuk toko sepatu; bisa jadi dia sedang bingung karena: 1. Tidak menemukan sepatu keren yang cocok dengan selera; atau… 2. Terlalu banyak sepatu yang keren ~dan SEMUANYA cocok dengan selera.
Kita (mungkin) sudah tak terjajah; trus kita jadi merasa bebas. Bebas makan apapun. Bebas berbuat apapun. Namun, apakah itu bikin kita bahagia?
‘Hidup bebas’ itu menurut saya adalah salah satu contoh oksimoron. Karena kehidupan manusia di dunia ini ada batasnya. Iya, nggak sih? Umur kita terbatas. Kesehatan terbatas. Otak kita terbatas, kemampuan terbatas. Semua ada batasnya.
Pernah nggak kamu duduk di depan komputer dengan internet kencang namun nggak tahu ingin men-download apa lagi? Saking bebasnya akses dan saking banyaknya file yang tersedia di ‘dunia maya’ sehingga kamu bingung mau mengunduh yang mana. Film-film mesum sampai program-program bajakan terbaru sudah terambil. Trus kemudian bingung mau membuka yang mana. File-nya yang mana ya tadi?
Pernah nggak kamu garuk-garuk kepala sambil mengamati judul-judul di rak DVD (atau di folder “Movies” di harddisk-mu), pusing memilih film apa yang akan ditonton? Atau kusut berdebat mencari sepakat dengan kawanmu di samping loket bioskop.
Pernah nggak kamu terpekur di restoran; menelusuri menu-menu makanan dan minuman yang bejibun? “Ini enak, eh tapi ini juga kayaknya enak deh. Aduh, ini ada menu baru. Jus ini seger, tapi yang itu menarik. Wait, ada paket apa nih? Wah, waaah…”
Ketika masa Pemilu (sudah cukup umur untuk punya hak pilih kan? heuhe), pernah nggak kamu bengong di bilik pemungutan suara; tidak sepenuhnya yakin mencoblos sosok mana yang akan jadi pemimpin?
Dan ini. Sebagai seorang mahluk sosial; kita tentu bertemu dengan banyak orang. Apalagi orang Indonesia, mana ada yang benar-benar bisa #ForeverAlone? Pasti
cranky kalau sendirian di rumah. Ya, nggak sih? Maka kita pun memperluas pergaulan. Kemudian mendekati lawan jenis. Eaaa. Pasti banyak sosok menarik yang mengisi bahtera kehidupan kita (Ok, bahasanya mulai jijik, sorry). Di sini lah masalah mulai muncul. Karena banyaknya figur yang menarik ~kita jadi susah memutuskan akan menambatkan hati dengan siapa. Pada akhirnya, banyak yang memilih untuk tetap
jomlo. *sumpah, ini bukan curhat!*
:oya:
Banyak pilihan ternyata bikin susah ya. Contohnya dulu, ketika saya masih memakai PC. Banyaknya aplikasi bajakan di sistem operasi Windows membuat komputer saya menjadi padat. Ada game ini, game itu. Ada aplikasi grafis ini, ada video-player itu. Saking bebasnya aplikasi-aplikasi itu masuk PC, saya nggak sadar kalau ada virus yang ikut menyelinap masuk dan mengganggu kinerja. Trus, saking banyaknya program dan aplikasi, harddisk jadi terengah-engah; memorinya kusut, PC saya jadi berat; loading-nya pun lemot.
Trus, saya dulu punya budjet bulanan untuk membeli buku-buku. Tiap selesai gajian (atau dapet rejeki dari ortu); saya ke toko buku terdekat untuk membeli komik dan buku-buku baru. Sampai di kamar; saya tersadarkan kalau beberapa buku yang saya beli di bulan-bulan kemarin ternyata masih bersegel manis. Tak terjamah. Oh.
Apa lagi? Oh ya. Dulu sebelum smartphone populer, saya dulu suka mengoprek ponsel. Merk favorit saya dulu Sony Ericsson seri W. Firmware di-flash, temanya diganti; fitur-fitur dimodifikasi jadi lebih keren. Wush! Namun ternyata kepuasannya tidak seberapa dibanding dengan crash dan error yang seringkali muncul. Ponsel pun saya kembalikan ke setting pabrikan.
Sekarang, ketika smartphone naik daun; saya sering mendengar keluhan teman. Bukan mengeluh karena ponsel suka ngadat atau apa, tapi mereka lebih mengeluh bingung dengan pilihan smartphone yang bermacam-macam. Entah itu iOS, Android atau Windows Phone.
Well, konsep ‘terbatas’ mungkin sudah diterapkan Apple untuk produk-produknya. iPhone misalnya, tidak ada varian iPhone Mini atau iPhone Tab. Mereka hanya meng-upgrade produk-produk terdahulu setiap tahunnya. Jadi pilihannya mudah. Tapi tetep, beberapa orang masih bingung menetapkan pilihan. iPhone yang 32GB atau 64GB? Hitam atau Putih? Beli di luar negeri atau beli paket sama provider? Heuhe.
Barusan, saya me-reset following di t
witter saya. Sebelumnya saya nge-follow 600 lebih user karena baaanyak sekali account yang menarik untuk diikuti, dan itu menjadikan timeline saya ramai. Penuh ocehan ini, berita anu, ocehan itu. Too much info. Pusing. (Entah bagaimana dengan mereka yang ngefollow sampai ribuan account itu ya?) Maka saya reset following sampai 0, kemudian membatasi hanya list itu. Semoga gak pusing-pusing lagi. Heuhe.
Jadi gitu.
Saya mulai menahan untuk tidak meloncat terlalu bebas. Saya memberi batas.